Mengenal Lebih Dekat Alutsista Terbaru TNI

 

SAM_2072

 

Perayaan HUT TNI ke-69 digelar secara meriah di Dermaga Ujung, Mako Armatim (Markas Komando Armada RI Kawasan Timur) Surabaya 7 Oktober 2014 kemarin. Perayaan yang mengambil tema “Patriot Sejati, Profesional dan Dicintai Rakyat” ini menampilkan ratusan alutsista (peralatan utama sistem pertahanan) dan 22 ribu personel TNI dari tiga matra: darat, laut, dan udara. Pagelaran ini disebut-sebut sebagai perayaan terbesar sepanjang sejarah berdirinya TNI.

Sehari setelah perayaan digelar pameran alutsista TNI di kota yang sama. Di Makodam V Brawijaya, TNI AD memamerkan berbagai macam alutsistanya. Sedangkan di Mako Armatim TNI AL menggelar open ship tiga kapal perang RI (KRI) terbarunya yaitu KRI Usman Harun, KRI Bung Tomo dan KRI John Lie.

Alhamdulillah saya berkesempatan mengunjungi dua pameran tersebut. Tujuan pertama adalah berkunjung ke Pangkalan Armatim karena open ship dibatasi hanya sampai siang. Di Pangkalan Armatim masih tampak sisa-sisa perayaan HUT TNI yang digelar sehari sebelumnya. Di dermaga telah bersandar 4 KRI (KRI Bung Tomo, KRI John Lie, KRI Usman Harun dan KRI Diponegoro) secara bersebelahan. Continue reading

Pahlawan atau Penjahat

Foto Usman dan Harun, diambil dari koran The New Paper (Singapura).

Foto Usman dan Harun, diambil dari koran The New Paper (Singapura).

Beberapa saat yang lalu, media heboh dengan pemberitaan protes pemerintah Singapura kepada pemerintah Indonesia atas penamaan kapal perang jenis multy role light fregat yang dibeli dari Inggris. TNI Angkatan Laut berencana menamakan KRI tersebut dengan nama Usman Harun. Usman dan Harun adalah mantan prajurit KKO (Komando Korps Operasi, sekarang Marinir) yang telah diangkat menjadi pahlawan nasional. Namun bagi pemerintah Singapura Usman dan Harun adalah memori kelam peristiwa 49 tahun silam.

Suatu malam di bulan Maret 1965, Usman dan Harun beserta Gani bin Aroep (juga prajurit KKO) menyusup ke daratan Singapura. Aksi itu merupakan tindak lanjut dari konfrontasi Indonesia dengan Malaysia. Presiden Soekarno menentang keras pembentukan Federasi Malaysia (Singapura, Serawak dan Sabah). Usman dan Harun pun dikirim untuk melakukan sabotase pada tempat-tempat vital di Singapura. Akhirnya mereka memilih untuk meledakkan MacDonald House. Sayang Usman dan Harun gagal saat melarikan diri. Keduanya diadili di pengadilan Singapura dan mendapatkan vonis hukuman mati. Peledakan MacDonald House sendiri menewaskan tiga orang dan mencederai 33 lainnya. Continue reading